Hubungan dinamis dentin dan pulpa gigi sangatlah penting bagi kelangsungan hidup gigi. Lapisan pertama predentin diproduksi oleh odontoblas mesenkimal yang menstimulasi sel papila gigi dan komponen jaringan ekstraselular gigi untuk mengatur fungsi jaringan ikat yang dikenal sebagai pulpa gigi. Pulpa melalui proses pembentukan sel odontoblas yang meluas ke dentin melalui tubulus. Tubuli dentinal ini memberikan hubungan yang berkelanjutan antara dentin dan pulpa.
Dentin manusia mengandung sekitar 19.000 dan 45.000 tubuli/mm2. Tubuli-tubuli yang berisi cairan tertutupi oleh lapisan yang hampir impermeabel dari enamel atau sementum dan berguna dalam transfer daya hidraulik dan untuk menghilangkan stress otot. Setelah kehilangan penutup pinggiran gigi, struktur tubular dentin menjadi permeabel, sehingga cairan dapat bergerak ke dalam tubuli yang terbuka untuk memproduksi rasa sakit, iritasi pulpa, atau kesulitan dalam restorasi gigi.
Fisiologi Dentin dan Pulpa
Sebagai respon fisiologi terhadap keadaan rutin oral yang menyebabkan penuaan, seperti pengunyahan berulang dan perubahan temperatur yang ekstrim, karies, trauma, atau prosedur dental, menyebabkan odontoblast circumpulpa membentuk deposit dentin sekunder. Terjadinya deposit dentin yang progresif biasanya menyebabkan kamar pulpa mengecil. Peningkatan deposit dentin menghasilkan gambaran ”kuning” pada gigi sebagai transmisi warna enamel yang jelas dari dalam gigi, sehingga dapat mempengaruhi estetik gigi.
Produksi dentin sekunder menurunkan dimensi kamar pulpa dan saluran akar, sehingga menyulitkan dalam menemukan orifis saluran akar, dan sering merupakan penyebab kecelakaan prosedural iatrogenik.
Perlindungan terhadap pulpa dapat dilakukan dengan penempatan dasar kavitas, varnis, atau liners pada permukaan dentin axial sebelum diberikan material restoratif. Varnis meninggalkan lapisan residual pada dentin untuk menutupi tubulus yang terekspos dan hanya dapat memberikan sebagian perlindungan bagi seluruh dentin. Material ini lebih baik beradaptasi pada ruang pengisi antara meterial restorasi dan dentin sementara dibandingkan digunakan untuk proteksi pulpa. Liners tipis cocok untuk melindungi jaringan pulpa karena kemampuannya menutupi tubulus dentin yang terbuka.
Kalsium hidroksida banyak digunakan karena dipercaya dapat menstimulasi dentin sekunder. Kalsium hidroksida ditempatkan langsung untuk berkontak dengan jaringan pulpa tidak secara langsung menstimulasi produksi dentin sekunder. Penempatan bubuk kalsium hidroksida dalam preparasi kavitas dapat memberikan efek protektif antibakterial melawan bakteri dari infeksi lesi karies yang menetap pada tubulus dentin.
Dentin sekunder bersifat kurang permeabel, maka, penetrasi inflamator, racun, atau substansi kaustik menjadi lebih susah. Akan tetapi, difusi substansi masih bisa terjadi pada preparasi kavitas yang telah mendekati pulpa dimana kuantitas tubulus dentin per unit area lebih besar serta dimensinya yang menjadi lebih permeabel.
Meningkatkan bahan mineralisasi ke dalam gigi dapat merugikan ramifikasi biologi bagi pulpa. Contohnya, deposisi dentin sekunder dapat mengurangi dimensi kamar pulpa seiring dengan terjadinya resesi pada pulpa, sehingga menyebabkan pengurangan pada kuantitas pembuluh darah dan sel pertahanan yang melindungi pulpa. Komplikasi lainnya yaitu menimbulkan rasa nyeri yang disertai dengan meningkatnya tekanan sekunder jaringan pulpa pada inflamasi, berkurangnya aliran darah pada pulpa sehingga dapat menghambat pembuangan produk limbah, dan dapat menyebabkan nekrosis pulpa.
A. MEKANISME ALIRAN CAIRAN DENTIN
Berdasarkan teori hidrodinamik sensitifitas dentin, pergerakan cairan yang cepat selama pembentukan ulang tubulus dentin, menyebabkan ujung saraf sensori yang berlokasi pada jaringan pulpa menjadi mekanosensitif dan menghasilkan rasa nyeri. Karakteristik nyeri bersifat tajam dan biasanya terlokalisasi. Nyeri ini dihasilkan karena stimulus yang meluas atau berkontak dengan cairan dentinal, seperti pada perubahan suhu, cairan hipertonik, tekanan fisik, atau karena hembusan udara.
Pashley menggunakan tes klinis untuk menguji integritas marginal restorasi logam.tes diawali dengan mengisolasi seluruh gigi dan memgaplikasikan cotton pellet yang dicampur dengan larutan hipertonik seperti CaCl2 pada posisi yang telah ditentukan pada marginal restorasi gigi. Nyeri tajam yang timbul selama 30 detik akibat aplikasi tadi merupakan indikasi adanya mikroleakage pada restorasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar